Tuesday, February 25, 2014

Apa cita-citamu nak?

Mengenang masa kecil, tak semua yg dapat saya ingat.. Yang masih membekas dikepala sampai sekarang adalah sy punya jawaban yg sama setiap ada yg bertanya soal cita-cita : PRAMUGARI, itu mutlak dan tidak dapat diganggu gugat selama bertahun-tahun, mungkin cita-cita itu melekat sejak usia 5 sd 9 tahun. Entah apa alasannya. Pengalaman pertama naik pesawat saya rasakan di usia 6tahun, itu juga hanya dr Bna-Mdn. Mungkin bukan karena kesan dengan pramugari saat itu, karena sejak 5thn sepertinya sy sudah mendambakan profesi yg satu ini. Saat itu sy punya teman yg sangat sering berlibur, setiap pulang liburan dia akan cerita mengenai pengalaman2 nya sepanjang perjalanan di pesawat, mungkin karena itu juga..kesan baik yg sy terima membuat saya tertarik.

Cita-cita umumnya sudah terbentuk sejak kecil, diawali dengan memiliki seorang Role Model. Tak heran anak sekarang punya cita-cita ingin menjadi penyanyi dangdut karena mengidolakan Ayu Ting Ting. Sebuah survey iseng yang dilakukan seorang blogger mendapatkan bahwa beberapa anak-anak memiliki cita-cita seperti ingin menjadi : dokter, dokter gigi, polisi, pramugari, pemilik toko bakery, guru, sampai ingin menjadi 'bapak-bapak'.. menarik yah..

Saya pernah mendapatkan sebuah jawaban unik, di beberapa lembar jawaban yg dikumpulkan dr anak-anak, sebuah kertas membuat saya tercenung : "saya ingin menjadi tukang sampah". Umur anak ini mungkin 7 tahun, mata saya hangat saat itu. Apa yg sy renungkan? Sy bermain dengan fikiran sy sendiri, apakah diri sy "mempersepsikan" profesi "tukang sampah" sebagai cita-cita kelas rendah ? sy tercenung dan tidak bertanya apapun selama 15 menit. Oke, otak sy berputar, anak ini pasti hidup ditengah orang2 berprofesi sebagai tukang sampah. Mungkin begitu. Oke waktunya sy mendekati dia, "sayang,, benar ini cita-cita kamu?".."benar, bu.." .."orang tua kamu kerja dimana sayang?" .. "pegawai bu.." (didaerah sy jika menyebut pegawai itu umum diartikan sebagai PNS) .. dia menambahkan "mamak saya guru di sekolah ujung itu". Well,okay..sy terdiam lagi, kali ini hanya boleh 5 menit saja.. "kenapa kamu memilih cita-cita ini sayang?" ..
anak itu tertawa terbahak-bahak.. sy ikut tertawa, menikmati kebahagian yg ia sebarkan .. "kata mamak, cita-cita harus setinggi langit, dan cita-cita kita itu harus bisa buat orang lain bahagia, kata mamak cita-cita harus mulia, gitu kata mamak.." .."tukang sampah?" .."iya bu, tukang sampah tiap hari ngambil sampah dirumah kita, jadi rumah kita tidak kotor dan gak ada lalat, itu buat kita sehat, tukang sampah itu semuanya orang-orang baek bu.." ..

Pelajaran yang berharga, sangat..
Persepsi orang tua dan persepsi anak-anak tentang cita-cita bisa berbeda..anak ini mengajarkan sy dasar dari cita-cita itu sendiri.
Pengalaman pribadi membuat sy yakin, cita-cita bisa berubah seiring dengan berjalan nya waktu.. pengalaman menempa individu untuk memilih jalan yg paling baik menurut dia dan manut pada tuntutan sosial. Contohnya, orang-orang tertentu terpilih menjadi PNS dimana itu bukan cita-citanya..ia akan menciptakan cita-cita baru..bertahan dengan profesinya dengan jabatan yang dijalankan dengan baik dan benar, bisa jadi itulah cita-cita barunya. Sebagian orang terlahir dr keluarga pebisnis yg sukses, anak mungkin tidak bercita-cita menjadi bisnisman, namun tuntutan sosial dr keluarga membuat anak suatu saat harus menjadi penerus bisnis keluarga nya.

Cita-cita tak hanya diciptakan, sesekali ia dipilih, tidak oleh individu yg bersangkutan, namun dr dunia luar, dari sebuah "kesempatan", dr social conformity, dan dari tempaan hidup.

Saya setuju untuk kembali ke "mamak" , cita-citamu  harus setinggi langit, harus bisa membahagiakan orang lain dan harus mulia.

Bismillahirrahmanirrahim..

simalar contents can be accessed in : https://www.facebook.com/notes/yunia-makmoer/apa-cita-citamu-nak-/10153860713120263







No comments:

Post a Comment